KITA,KAMI,KAU,dan AKU,SIAPA YANG KU AKUI
Kita adalah orang pertama jamak dalam struktur Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.Kita juga merupakan sekumpulan orang yang telah mengakui diri dalam kesepakatan terhadap salah satu persepektif hidup.
Dalam suatu masalah kehidupan kata kita merupakan sebuah persetujuan terhadap paling tidak satu masalah dalam kehidupan yang biasanya diwakili oleh orang yang berkata dalam kumpulan tersebut.
Kata kita tidak terlepas dari sekumpulan keakuan yang berlaku dalam kelompok yang mengatakan kita.dalam bahasa sederhananya "itu menurut pandangan kami,atau kami menyetujuinya sebagai sesuatu yang kami akui".seolah-olah masing-masing orang dalam kami mempunyai hak untuk mengakui sesuatu,yang menurut kami adalah keadilan.
Kita mengakui sesuatu berdasarkan hasil riset secara peribadi,mungkin saja keakuan kita,kita adopsi dari keakuan orang lain yang mempunyai kemiripan dengan keperluan kita sehingga kita mengambil pengakuan orang tersebut sebagai pengakuan kita,karena kebiasaan keperluan masing-masing manusia tidaklah jauh berbeda dengan keperluan manusia yang lain dalam artian bersifat manusiawi.
Kata kami adalah hasil kumpulan pengakuan kita yang juga merupakan orang pertama jamak yang mempunyai kemiripan maksud secara tematik dengan kata kami.Kami mengakuinya juga berasal dari kumpulan keakuan kita yang berarti kami sama-sama memiliki pengakuan yang sama terhadap suatu hal yang kami sepakati bersama.
Seperti itulah pengakuan ku tentang kami kalau diartikan kata kami dari sudut pandang mengakui(pengertian tematik tentang pendapat kami).
Kau seolah-olah belum saya kenal,belum kita kenal,belum kami kenal karena dia masih sangat pribadi belum tahu apa yang dia akui,mungkin diperlukan peroses kausalitas untuk dapat kita akui keakuannya,sesuaikah dengan keakuan kita atau keakuan kami karena dalam artian kau belum menjadi kami atau menjadi kita dalam tangga hierarki kekelompokan mengakui sesuatu.
Kata kau terasa sebagai tamu dalam sekumpulan orang karena dia seolah-olah belum memperkenalkan cara pandangya karena kau merupakan orang kedua tunggal dalam kumpulan orang-orang.Bagaimana menurutmu tentang sesuatu apakah kau mengakuinya.Dia juga mempertimbangkan pengakuan orang-orang di sekelilingnya termasuk keakuan kita,kami,dan aku.Diapun dapat mengakuinya kalau dianggap menguntungkan bagi yang ia maksud.
Terkadang kita sangat kesulitan merajut pengakuan yang adil terhadap sesuatu masalah karena kita belum memahami keakuan masing-masing orang.Mungkin kita sangat membutuhkan sang politisi partai "aku" yang dapat membahas pengertian tentang pengakuan secara primakausa.Maka saya anggap orang hebat apabila ada orang yang berhasil dalam kampanye tentang pengakuannya terhadap masalah-masalah,yang keakuannya tidak bertabrakan dengan pengakuan orang banyak.
Kita adalah manusia lemah yang sangat membutuhkan Tuhan untuk menyeragamkan pengakuan kita.Kita,kami,dan aku,siapa yang ku akui.Datanglah Firman-Firman Tuhan dari berbagai macam kitab yang menolong kita mengakui sesuatu sebagai kebenaran yang hakiki yang tak usang dimakan waktu.
Jadi yang paling berhak kita akui sebagai kebenaran adalah kita mengakui sesuatu setelah diakui oleh Tuhan sebagai suatu kebenaran mutlak,pengakuan dari Tuhan sengaja Ia rekayasa untuk alam dan manusia,maka janganlah tanggung-tanggung mengakui sesuatu yang memang sudah di akui oleh Tuhan Sang Pencipta alam raya ini.
Memperaktakkan kehidupan sehari-hari tentu kita selalu mengambil referensi dari orang lain,cuma refrensi tersebut terkadang tidak sempat memberitahukan darimana referensi tersebut kita ambil.wajar saja kalau seseorang menuliskan asal refrensi sebuah buku apabila dia menuliskan sesuai dicipline ilmu tertentu.
kembali soal refrensi,kita tidak mungkin menuliskan semua refrensi yang kita punya,sehingga kita sering dianggap egois dalam membuat suatu pandangan,sebenarnya kita terlalu repot seandainya setiap perbuatan kita terangkan asal referensinya,sebagai contoh,masakkan kita katakan,"cara makan saya ini sesuai dengan kitab yang diajarkan oleh ibu saya ketika saya berumur satu setengah tahun",kan,tidak lucu....merepotkan,juga perlu kita fahami bahwa sebenarnya kemampuan kita berbuat sesuatu adalah hasil produk lingkungan,keluarga,ayah,bunda,guru,atau pedoman berupa kitab suci.Jadi pada dasarnya tidak ada orang egois,karena keegoisan adalah kebohongan yang tak pernah termaafkan,dia hanya mengaku-ngaku,tapi ia lupa bahwa ia atau kemampunannya juga adalah hasil produk orang lain.
Kita hidup bermasyarakat,bersosial antara satu dengan yang lainnya.Hidup ini memang konfleks khususya kekonflekan cara berfikir orang-orang di sekeliling kita.Tidak dinamakan sosial kalau kita hidup hanya seorang diri,jadi sangat kita membutuhkan orang lain,terkadang kita pinjam cara hidup orang lain yang diterapkan pada kehidupan pribadi kita akan tetapi masih banyak orang yang tak suka ditegur walau hal tersebut untuk kemaslahatan dirinya.
Dalam menangani kerasnya hati kita,supaya kita solider kepada pendapat orang lain mungkin teriknya adalah buatlah semacan ruang dialog di hati kita untuk menampung pesan eror yang pernah kita lakukan.Pesan eror ini sangatlah bermanfaat untuk melunakkan hati dalam menerima kebenaran dari orang lain.Atau kalau digambarkan pesan eror ini mirip dengan orang yang tidak suka sama kita,hobinya ngeritik terus,tapi kalau keritik tersebut bersifat membangun dan bermanfaat demi perbaikan,mengapa kita tidak lunak saja,karena mungkin orang tidak ingin membiarkan kita dalam kesalahan terus-menerus.
Perhatikan piranti yang digunakan oleh orang zaman sekarang selalu saja ada pesan eror yang ditampilkan kalau si pengguna perangkat tersebut mengalami kesalahan,supaya tahu dirinya salah,mengapa kita masih kalah dengan piranti-piranti tersebut...?
Saya berharap kita semua dapat memanagemenkan organisasi keakuan,supaya dapat diakui orang-orang.
Itulah persepsiku tentang peng"aku"an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar