Di pangkuan orang tua.Kita bagai
nabi Nuh yang menumpangi kapal dalam mengarungi bahtera luas, berombak
besar.Karena hanya pada kapal inilah Allah menitipkan seluruh calon generasi
kehidupan di pelanet bumi ini, tanpa dia dunia ini hampa tak berpenghuni lagi
tapi sayang anak yang dicintainya tak mampu di selamatkan (cerita para
nabi).Dalam pangkuannya si anak dilantunkan berbagai macam irama kehidupan yang
sudah, kini, dan nanti ia akan alami.
Seperti karya besar guru kami yang
tercinta Bp.Almagfurullah TGKHM.Zainuddin Abd.Majid Pancor, Ia telah(seperti menggendong) murid-muridnya sejak zaman
penjajahan sambil berwasiat dengan cinta kasih sayang yang tinggi.Seperti yang
diucapkannya pada Hari Ulang Tahun NW yang ke-17 di hadapan para mahasiswa dan
tullab Ma’had di Pancor pada tanggal 1 Maret 1970 (tahun kelahiran saya).Waiat
(amanat).
Pada bait ke-25:
Aduh saying!
Mari bersatu di satu barisan
Janganlah suka berkeliaran
Tetap bersatu bersama IKHWAN
Menurut pimpinam Nahdlatul Wathan
Bait ke-26:
Aduh sayang!
Tetapkan dirimu bersama Ikhwan
Bersama pembela NAHDLATUL WATHAN.
Jangan selalu mendengar ocehan
“SUARA ORANG DI PINGGIR JALAN”
Bait ke-27:
Aduh sayang!
Dasar selamat BERSATU KALIMAH
bers tu DERAP bersatu LANGKAH
dasar bahaya BERPECAH BELAH
terkadang membawa SU’ULKHOTIMAH
Bait ke-28:
Aduh sayanag!
Kalau anakku berkompak selama
di satu barisan bersama-sama
Pastilah NW jayaya lama
Karena Syaithan ta’dapat NGGRAMA
Begitulah sayangnya Guru kepada
murid-muridnya.
Di lain pihak kita juga
mempersaksikan bahwa ada
Ladang yang terhampar di lubuk
hati si penyair sebagai pemersatu fiksasi bagi orang dalam dunia pentas, dongeng, sandiwara,atau film .Walau
kita berasal dari berbagai kebinekaan.
Lapangan olahraga sebagai
pemersatu dalam permainan.Banyak bangsa dan negara yang membuat perlombaan dan
pertandingan untuk dihadiri oleh olahragawan inter dan antar Negara hanya
lantaran keberpentingan kesehatan saja.
Rumah sebagai pemersatu adat dan
kebiasaan yang diturunkan oleh marga dalam keluarga.Di sinilah embrio dari
prilaku, adat, kebudayaan, pradaban,sosial, politik, dan agama.Barulah di
kemudian hari terjadinya asimilasi prilaku, adat, kebudayaan…yang dikawinkan
untuk mendapatkan generasi peradaban yang sama-sama kita anggap sebagai “modern”.Hanya
saja rumah sebagai anak tangga menuju peradaban yang sekarang Anda singgahi,
Walau terkadang kita sedikit terganggu oleh sebagian kata tahyul yang ikut
mendomplingi keyakinan kita, tapi stop dulu marahmu karena keadaan seperti ini
juga dirasakan oleh berjuta-juta orang selain kita, anggap saja keyakinan
tersebut adalah “Pra Embrionic Religius”( menuju perkenbangan agama)yang
menimpa kita, supaya kita mudah meyakini hal yang lain.
Masjid sebagai pemersatu iman
dalam islam (secara khusus).Pada masa Rasullullah masjid dijadikan jantung dan
pusat pergerakan Islam.
Masjidilharam sbg.pemersatu umat secara universal dan gelobal.Kita
diarahkan ke suatu titik pandang yang sama oleh Allah yakni Ka’bah baitullah.Inilah
rumah hakiki kita dan bukan majazi.
Allah berfirman dalam Surag
al-Baqrah[2]:148
وكل وجهه
هومولىهافا ستبقوا ا لخىرات اىنما تكو نواىات بكم الله جمىعا ان الله على كل
شىءقدىر
Yang artinya:
Dan setiap umat mempunyai
kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berloma-lombalah kamu dalam kebaikan.Di
mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya.Sesungguh,
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (QS. al-Baqarah [2]:148).
Di luar masjid yang terdiri
hamparan relief yang membentuk wajah bumi dengan berbataskan cakrawala
pandang.Tanpa membosankan walau terkadang permainan imajinasi di pentaskan
mungkin karena sudah terlalu lelah
menyaksikan dunia nyata.
Panggung-panggung digunakan untuk
mempersatukan persepsi (menampilkan) berbagai macam peran yang akan
dipertontonkan ke khalayak ramai kemudian dikemas ke dalam berbagai bentuk sesuai
dengan tuntutan zaman,sampai ke bentuk yang kita saksikan di era ini, seperti
tv, computer, internet, hp, tab.,dll.Dalam panggung dan media tersebut mereka
juga mengajak kita ke suatu arah pandang yang sama yakni ke ranah suasana hati
sesuai karakter yang dikoreografikan dalam peran dan karakter yang ditampilkan
oleh para tokoh,dalam monitor selain menyampaikan berita dan fakta.
Besarnya pengaruh indera dalam
mencitrai lingkungan, ia sebagai alat detektif dari benda-benda yang berespon
yang layak dibutuhkan atau dijauhi.
Kita sebagai makhluk yang berasal
dari tiada ke ada yang sengaja dihidupkan, sehingga Allah menaburkan berbagai
macam bentuk rezeki yang menutupi permukaan bumi dan alam ini tanpa menyisakan
tempat, waktu sesempit dan seluas area yang manusia mampu mengukurnya.Mengapa
kita harus ragu terhadap gejala kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar