Nuansa
Keberbedaan Ide
Walau sering kita mendengar dan menggunakan kata ‘Ide’tetapi
sering juga kita mengalami perbedaan dalam memaknainya sehingga membuat
seseorang kerap adu argumen dengan orang lain bahkan sampai-sampai mengajukan
berbagai media referensi untuk menguatkan pendapatnya.Ide banyak membuat
perbedaan cara pandang, cara kerja , bahkan membuat jurang ikhwah sumakin
melebar.
Dari zaman heliosentris ke zaman geosentris kata-kata ide
selalu mengalami perkembangan yang sangat pesat dan selalu hangat menjadi
perbincangan para ahli.
Banyak orang yang ingin mempersatukan pendapat antar sesama
dengan menggunakan pengertian ide
sebagai senjata pemersatu karena menganggap bahwa ide merupakan bagian
dari keadaan manusia itu sendiri selain
materi.
Mereka menganggap ide mempunyai sifat permanen dan materi
tidak permanen .Dalam diri manusia kata mereka, terdapat jasad kasar (materi)
yang bisa hancur bersama tanah ketika kita mati, dan jasad halus (roh) akan
kekal.Mereka mengumpamakan sifat roh sebagai gejala rohani,misalnya namanya,
budi pekertinya, cinta kasihnya yang masih bisa dirasakan oleh orang yang
ditinggalkan.
Kalau kita kaji lebih dalam lagi pembahasan mereka tentang
dunia idea terasa bahwa idea menurut versi mereka sangatlah berkesan terbatas
hanya sebatas rasio dan alam ini karena istilah-istiah yang mereka gunakan
bersifat alamiah, maksud saya bila mereka menemukan suatu gejala yang baru dari
pemikiran atau reaksi percobaan mereka selalu membangunkan istilah (‘nama’)
kepada temuannya sama kayak bumi melahirkan satu jenis tumbuhan yang baru
dikenal langsung dibuatkan nama (nomen klatur) untuknya.Itulah yang saya maksud sebagai
“kesan terbatas”.Mereka tidak pernah menyebutkan tentang adanya alam kekal
seperti apa yang agama istilahkan sebagai akhirat, surga atau neraka.
Secara sadar atau tidak sadar pendapat-pendapat mereka
tentang dunia idea akan selalu bertentangan dengan pendapat agama mereka
apalagi agama Islam sejak lahirnya pendapat ini bahkan sampai sekarang karena
pendapat mereka cenderung akan melahirkan model “manusia idea / manusia
rasio”,yang keberadaan mereka hanya cukup sampai dunia saja,tapi tidak betul
karena agama mendifinisikan hal tersebut sebagai pengertian yang lain.
Perbedaan pendapat tersebut sangat sakit dirasakan dunia
pada dekade sekarang ini, ia telah membuat peperangan antara orang-orang yang
demen agama dengan orang-orang rasionalis dunia,buktinya mereka saling
menerorkan antara yang satu dengan yang lain.Entah siapakah sebenarnya yang
bersetatus sebagai teroris.Apakah orang yang menciptakan kata teroris atau
orang yang tak mengenal kata teroris.Sampai hari ini.”Saya Kurang Jelas”.
Dalam hal ini mungkin kita terlalu subjektif menilai alam
ini, seakan-akan apa yang telah dan akan
dilakukan oleh alam adalah hasil atau sesuai dengan hasil fikir kita, padahal nyata-nyata pengetahuan tentang alam
dan kejadiannya murni warta dari Tuhan kepada manusia artinya bukan berasal
dari manusia,hanya manusia sebagai jalur informasinya kepada kita saja
khususnya para nabi dan rasul sebagai penerima wahyu Taurat, Zabur, Injil, dan
al-Qur’an.
Nabi-nabi dan para Rasul tidak pernah subjektif menilai
alam, mereka selalu menyandarkan pendapat mereka kepada Allah saja.Dan hanya
Allahlah yang paling berhak subjektif, bukan kita.
Alkisah, kalau diteliti alur cerita kehidupan di masa-masa
ini cenderung kita merasa ,” kasihan dech.. lho aku !”.Hampir-hampir tidak tahu kepada siapa kata kasihan kita
peruntukkan, apa kepada Lho atau aku.
Seperti penyakit yang sudah mengalami komplikasi yang
kronis, dengan efeks dari nuansa perbedaan idiea.Orang sudah mulai ragu-ragu di
barisan mana ia akan berdiri, apa harus mengikuti mereka atau atau
agama.Padahal di bumi pertiwi yang kita cintai ini sudah menggelar lantai damai
buat duduk-duduk mencari mufakat kedamaian, tapi kedamaian itu masih di mana
?,apa di kolong jembatan, di kebun,atau di tempat tidur… bahkan mungkin masih
di alam mimpi,..entahlah.
Masalah ini banyak melahirkan efeks baik keributan, perustasi,
bahkan sindrom psikopat….lantaran tak tahu memilih harus hidup di pojopk mana
dalam pelataran nusantara yang kita cintai bareng ini.
Kawan ku yang tercinta ini adalah unek-unek yang muncul di
hari ke-20 bulan Ramadan 2017.
Perhatikanlah keadaan nusantaramu Kawan, kenali wajahnya, kenali
jiwanya apa akan terus seperti ini ?, apa ia masih tersenyum yang tak ramah
lingkungan ?...OK, kita tunggu saja nanti di terminal harapan.Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar